Persembahanku

Investment / 11 April 2011

Kalangan Sendiri

Persembahanku

Hot Triany Nadapdap Official Writer
4963

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1)

Sepasang suami-istri dikaruniai seorang anak yang menderita difabel. Namun, anak tunggal mereka itu tetap anak yang sangat istimewa di mata mereka. Mereka memberi segala yang dia mau dan perlu. Jika si ayah pulang kerja, ia selalu ajak si anak bermain. Setelah anak itu tumbuh makin dewasa, kemampuan komunikasinya masih kurang. Jika terpapar matahari sebentar, mulutnya keluar busa, dan jika bicara kadang air liurnya menetes. Meski begitu, orang tuanya tetap sangat menyayanginya.

Satu hari, anak ini bangun sekitar pukul 4.30 pagi. Ia ambil roti dan memangganggangnya hingga 10 menit. Tentu saja gosong. Setelah itu, ia lari ke kulkas, mengambil sebutir telur, lalu memecahkan telur itu ke panci dan langsung menaruhnya di piring lain. Lalu ia ambil cangkir, dan membubuhkan 5 sendok makan kopi. Jadilah kopi yang pasti sangat pahit. Lalu anak ini menaruh semua di atas nampan dan menuju kamar ayahnya. Ayahnya bangun, melihat serta menghirup aroma “sedap” roti gosong, telur mentah dan kopi tersebut. Sang ayah mencoba rotinya, si anak dengan polos bertanya, “Enak ‘kan, Pa?”; “Iya, enak sekali.” Setelah itu, ia makan telur mentah tersebut hingga habis. Lalu ia coba kopi itu. Si anak bertanya lagi, “Harum dan enak ‘kan Pa?” Si Ayah membalasnya, ‘Pahit, tapi Papa suka sekali.’

Tahukah Anda, kitalah anak difabel tersebut. Seperti anak difabel itu memberi kepada ayahnya, roti gosong, telur mentah dan kopi superpahit, demikian juga kita. Pada dasarnya, kita memberi apa yang tidak sempurna untuk Tuhan. Pujian, persembahan, bahkan pelayanan kita sangat tidak sebanding dengan apa yang sudah Tuhan berikan pada kita. Namun, Tuhan terima semua dengan senang hati karena Tuhan tahu jika kita melakukannya dengan segenap hati, dan kita ingin melakukan yang terbaik untuk Bapa kita di sorga. Bukan perbuatan, persembahan, atau pelayanan kita yang membuat Dia berkenan, tapi terlebih sikap hati kita saat mempersembahkannya. Tuhan tidak butuh apa pun dari kita, tapi Ia sangat menghargai jika kita mau melakukan yang terbaik bagiNya. Bahkan, jika saat ini kita bisa memuji, memberi, dan melayani, itu adalah anugerah bagi kita!

Tuhan tidak lihat berapa besar persembahan kita, tapi Ia melihat sikap hati kita saat mempersembahkannya.

 


Sumber : Renungan Harian Spirit - Oktober 2010
Halaman :
1

Ikuti Kami